BUMBUNG BATIK

Puluhan siswa SD Negeri Karangrejek II berlomba-lomba menyisihkan uang jajan untuk modal membuat baju batik. Ekstrakurikuler membatik yang menjadi unggulan di SD Negeri Karangrejek dua terus berjalan dengan baik, antusias siswapun tinggi. Puluhan siswa menyisihkan uang jajan yang mereka namakan Bumbung Batik untuk modal membeli bahan membatik. Setidaknya mereka mampu menyisihkan Rp 2.000 rupiah setiap hari.

Membatik selain membutuhkan proses yang panjang dan kesabaran yang tinggi juga membutuhkan modal yang banyak untuk membeli kain (primisima/super primisima), lilin malam, pewarna, dan bahan-bahan lain seperti TRO, Soda Abu dan bahan bakar. Menurut guru pembimbing batik, Pujiyanto, S.Pd.I "membatik untuk ukuran satu baju kain menghabiskan modal kurang lebih Rp 100.000 rupiah, bisa lebih dari itu jika warna yang dikehendaki banyak."  

Berbagai pihak mendukung adanya Bumbung Batik yang dilakukan oleh puluhan siswa tersebut, selain melatih kemandirian juga menjadi contoh riil dalam pembelajaran karakter. Siswa harus bersusah payah menyisihkan uang untuk membeli bahan membatik dan pada akhirnya mereka juga harus berproses untuk menjadi pembatik, setidaknya membatik untuk diri sendiri.

Para siswa menamakan bumbung batik ini karena ide awalnya mereka menabung menggunakan bumbung (celengan dari bambu) dan semakin hari sulit ditemukan bumbung sehingga mereka mengganti dengan botol bekas air mineral, bekas roti atau mebuat sendiri dari bahan lain. Melalui metode seperti ini siswa mengaku terasa ringan bisa memiliki baju batik karya sendiri. "kita sih senang ya bisa membuat baju sendiri, dipakai sendiri hehehe... apapun itu bentuknya, dan dalam hal biaya tidak terasa sih asalkan kita tertib setiap hari menyisihkan Rp 2.000 rupiah." ungkap salah satu siswa kelas 6 yang enggan disebut namanya.

Kegiatan

Berita

Copyright © 2019 Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Gunungkidul